Apa itu Esai?

05.12.00

Esai bukanlah
sekadar rekaman fakta-fakta atau hasil imajinasi murni. Tulisan yang
Anda buat dalam pelajaran sejarah yang dipenuhi dengan fakta-fakta yang
dikumpulkan dari berbagai referensi mungkin nampak seperti sebuah esai.
Namun, seberapa pun cermatnya Anda dalam menulis ulang semua fakta
tersebut, meskipun dengan bahasa Anda sendiri, tulisan itu bukanlah
esai. Esai juga bukan kejadian atau pengalaman yang Anda tuliskan dalam
pelajaran bahasa, tak peduli betapa nyata, cerdas, menyentuh, berurutan,
jelas, rinci, dan lengkapnya tulisan Anda itu.



Mungkin Anda
telah membuat ratusan tulisan dalam bentuk seperti di atas dan
mengumpulkan semua berdasarkan 'temanya'. Anda mungkin akan menyebutnya
sebagai sebuah esai, tapi itu juga bukan esai. Jadi, apakah esai itu?
Esai adalah ekspresi tertulis dari opini penulisnya.



Sebuah esai
akan makin baik jika penulisnya dapat menggabungkan fakta dengan
imajinasi, pengetahuan dengan perasaan, tanpa mengedepankan salah
satunya. Tujuannya selalu sama, yaitu mengekspresikan opini. Esai memang
bisa berbeda menurut kualitas, jenis, panjang, gaya, dan subjek. Esai
juga bisa berbentuk sederhana sampai yang sangat kompleks, namun
semuanya akan menunjukkan sebuah opini pribadi sebagai analisa akhir.
Inilah perbedaan mendasar antara esai dengan tulisan ekspositoris atau
sebuah laporan. Sebuah esai tidak hanya sekadar menunjukkan fakta atau
menceritakan sebuah pengalaman; ia menyelipkan opini penulis di antara
fakta-fakta dan pengalaman tersebut.



Tentu, Anda harus memiliki
sebuah opini sebelum menulis esai. Hanya saja, Anda juga harus memahami
apa yang sebenarnya dimaksud dengan opini itu, bagaimana
menyampaikannya, dan bagaimana mengungkapkan nilai yang dibawanya.
Sebelum mendapatkan opini, Anda harus lebih dulu menentukan subjek yang
hendak ditanggapi karena opini harus berhubungan dengan subjek tertentu.



SUBJEK ESAI



Apa
yang harus ditulis? Pertanyaan ini memiliki jawaban yang tidak
terbatas. Anda dapat menuliskan segala jenis topik; dari persahabatan,
politik, sepatu, menjual lilin, sampai esai tentang esai itu sendiri.
Satu-satunya persyaratan yang harus dipenuhi adalah bahwa penulis harus
cukup memahami topik tersebut sehingga ia dapat membentuk sebuah opini.
Lalu, apa batasan dari 'cukup memahami' itu? Jawabannya juga tidak
sulit. Sebagai manusia, seperti yang lain, kita pasti 'cukup memahami'
dan akrab dengan banyak hal di sekitar kita; persahabatan, hubungan
keluarga, pertumbuhan, makan, tidur, dan banyak lainnya. Tentunya semua
itu dapat dipakai sebagai bahan menulis esai.



Bagaimanapun juga,
'pemahaman yang cukup' untuk menuliskan tema-tema spesifik memerlukan
pengetahuan atau pemahaman akan disiplin ilmu tertentu. Kita mungkin
bisa menulis sebuah esai mengenai topik seperti persahabatan tanpa perlu
memberikan banyak fakta. Namun, untuk topik-topik seperti Puritanisme
atau sejenisnya, tentunya kita memerlukan informasi yang dapat diuji
secara 'ilmiah'. Referensi sendiri bisa didapatkan dari banyak sumber,
mulai dari buku sampai media internet. Menulis tentang bidang yang
sesuai dengan minat kita juga akan sangat mempermudah dan mempercepat
proses penulisan itu sendiri. Karenanya, seorang yang mempunyai hobi
dalam satu bidang tertentu juga dapat disebut sebagai seorang yang
memiliki 'pemahaman yang cukup'. Bahkan, sekalipun kita tidak menaruh
minat yang begitu besar dalam satu bidang pembahasan, kita tetap dapat
menulis sebuah esai yang baik asalkan dapat mengumpulkan banyak fakta.
Dengan membaca berbagai informasi yang bisa dipertanyakan, dibandingkan,
atau yang dapat Anda nilai sendiri, pengetahuan tentang satu bidang
baru juga akan Anda dapatkan dengan cepat.



Menulis sebuah esai
yang didasari oleh pengetahuan khusus memang cenderung lebih mudah
daripada menulis esai tentang hal-hal atau pengalaman yang sudah sering
ditemui di sekitar kita. Berbeda dengan kebiasaan yang sering terjadi
dalam sebuah opini, seorang penulis esai hendaknya tidak boleh hanya
berpegang pada 'perasaan bahwa ia benar', namun lebih beranggapan bahwa
'pikiran saya benar'. Jadi, opini yang terdapat dalam sebuah esai juga
harus didasarkan pada apa yang Anda pikirkan dan bukan hanya pada apa
yang Anda rasakan. Yang jelas, setiap esai harus memiliki opini, dan
opini yang terbaik adalah didasari oleh pikiran dan perasaan.



APAKAH OPINI ITU? BAGAIMANA ANDA MEMUNCULKANNYA?



Banyak
orang yang mendefinisikan opini dengan sangat bebas. Segala prasangka,
sentimen, tuduhan, dan segala jenis omongan yang tanpa dasar seringkali
disebut sebagai sebuah opini. Namun, opini yang ingin disampaikan dalam
sebuah esai harus memenuhi definisi sebagai berikut.



Opini:
sebuah kepercayaan yang bukan berdasarkan pada keyakinan yang mutlak
atau pengetahuan sahih, namun pada sesuatu yang nampaknya benar, valid
atau mungkin yang ada dalam pikiran seseorang; apa yang dipikirkan
seseorang; penilaian.



Ujilah opini Anda dengan definisi di atas
untuk menilai apakah Anda telah memiliki topik esai yang baik. Apakah
opini tersebut didasari atas keyakinan mutlak? Atau pengetahuan yang
sahih? Apakah Anda dapat membuktikan kebenarannya di atas semua keraguan
yang beralasan? Jika ya, berarti itu bukan opini, tetapi fakta -- atau
sebuah hasil observasi yang telah diterima secara luas sehingga menjadi
sebuah fakta. Fakta harus terlebih dulu diubah menjadi sebuah opini
sebelum dimunculkan dalam sebuah esai. Misalnya, fakta menunjukkan bahwa
jumlah penduduk negara kita tahun ini adalah sekian ratus juta. Untuk
mengubah fakta tersebut menjadi sebuah opini tugas Anda sekarang adalah
menilainya. Anda bisa menilai bahwa budaya negara kita berubah karena
pertambahan penduduk yang demikian cepat; atau perlunya perubahan
kebijakan ekonomi yang dapat menjamin setiap warga bisa mencukupi
kebutuhannya, dll. Dengan membuat sebuah penilaian/tanggapan, maka Anda
telah mengubah fakta menjadi sebuah opini. Dengan demikian, Anda telah
memiliki topik esai yang baik.



Namun, tidak semua opini dapat
menjadi topik sebuah esai. Jika ada pernyataan 'menjalin persahabatan
penting bagi hubungan antarmanusia', pernyataan ini bisa disebut opini
karena tidak dapat dibuktikan secara ilmiah atau statistik. Walau
demikian, pernyataan itu merupakan opini yang lemah untuk dikemukakan
dalam sebuah esai karena tidak merangsang timbulnya argumen lain. Dari
segi praktis, itu adalah fakta. Untuk membuatnya menarik, Anda bisa
mengubahnya menjadi opini yang lebih tajam seperti 'persahabatan adalah
hal terpenting bagi manusia', misalnya. Tapi cara yang lebih efektif
dalam menarik minat pembaca adalah dengan mengawalinya dengan berbagai
pertanyaan menantang seperti, 'apakah persahabatan antarpria lebih awet
daripada wanita?' 'bisakah persahabatan yang murni terjalin antara pria
dan wanita, ataukah antara orang tua dan anak?' dst.



Jika kita
melihat pertanyaan-pertanyaan tersebut, pembaca mungkin bisa menjawab ya
atau tidak saja. Tapi bagaimana jika Anda mengubah kata tanya tersebut
dengan kata tanya yang lebih memerlukan penjelasan seperti 'mengapa',
'apakah', atau 'bagaimana'?



-Bagaimana orang tua dapat bersahabat dengan anak?

-Mengapa persahabatan antarpria lebih awet daripada antarwanita? (atau sebaliknya)

-Apakah persahabatan itu?





Makin
banyak pertanyaan yang Anda ajukan pada diri Anda akan semakin baik.
Setelah itu, Anda akan dapat mengenali pertanyaan yang penting dan yang
tidak, yang terlalu luas dan yang terlalu sempit, dsb. Dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut, tak jarang Anda juga akan menemukan
opini-opini yang belum pernah Anda sampaikan sebelumnya (artinya: Anda
tidak pernah benar-benar tahu apa yang sebenarnya Anda pikirkan).
Teruslah melontarkan pertanyaan. Ketika Anda menemukan satu opini
pribadi yang sangat menarik berarti Anda telah memasuki wilayah seorang
penulis esai.



APA YANG MEMBUAT SEBUAH OPINI MENARIK?



Jika
diminta untuk memilih sebuah opini yang paling menarik, mungkin kita
akan memilih berdasarkan minat kita karena kita akan selalu dapat
menulis dengan baik topik yang kita kuasai/sukai atau yang dengan
gampang kita tuliskan. Namun, topik yang menarik sesungguhnya adalah
yang 'bertentangan'! Jika jumlah orang yang tidak setuju dengan tulisan
Anda cukup signifikan, maka bisa dipastikan pandangan Anda akan menarik
perhatian. Pembaca tidak akan tertarik dengan sesuatu yang artinya
memang sudah jelas dan tepat. Anda tentu boleh menuliskan hal seperti
itu, namun siapa yang akan mengindahkannya?



Sebuah esai akan
gagal jika tidak mempunyai argumen. Setiap analisa akhir dari esai
adalah argumen. Analisa akhir itulah yang menjadi opini penulis esai
tentang satu topik yang berlawanan dengan opini orang lain. Kalimat 'A
lebih baik (atau jelek) dari B' adalah kalimat yang jelas akan
menimbulkan argumentasi. Namun, Anda juga tak perlu harus menyatakan
sejelas itu. Saat menyatakan bahwa 'balap mobil mempromosikan keamanan
berkendara', berarti Anda telah berargumentasi dengan pendapat banyak
orang yang menganggap balap mobil hanya akan mengakibatkan kecelakaan.



MENGUJI PERTENTANGAN



Ketika
sedang membuat sebuah opini esai, usahakan agar Anda juga dapat
menjawab setiap pertanyaan yang mungkin muncul dari opini yang
bertentangan. Yang dimaksud dengan opini yang bertentangan tentu tidak
selalu berarti berkebalikan. Jika Anda mengatakan "Animal Farm" adalah
novel terbaik sepanjang masa, tentu tak akan ada orang yang cukup
sembrono menyatakan "Animal Farm" sebagai novel terjelek sepanjang masa.
Mungkin yang ada ialah kritik atas pernyataan Anda tersebut, yang
mungkin akan mengatakan novel itu terlalu pendek, penokohannya kurang
tajam, dsb. Jadi, opini yang menentang tidak selalu kebalikan dari opini
Anda. Yang jelas akan ada perbedaannya.



Dengan mempertimbangkan
secara seksama kemungkinan pertanyaan ini, mungkin pikiran dan opini
Anda akan berubah. Bagus! Anda masih memiliki opini, walau mungkin telah
berubah. Opini baru itu tentu akan lebih kuat dari sebelumnya. Atau
meski opini awal Anda tetap yang paling kuat, dengan menguji berbagai
kemungkinan pertentangan ini, Anda akan mendapat lebih banyak ide untuk
mempertahankan pendapat Anda.



Meski demikian, opini hanyalah
sebuah pendapat pribadi tentang kebenaran. Anda tidak bisa mengharapkan
opini esai Anda menjadi bukti ilmiah. Tujuan Anda adalah untuk
meyakinkan, bukan membuktikan. Kekuatan esai Anda diukur dari
keberhasilannya meyakinkan pembaca. Setiap opini esai Anda pada akhirnya
dapat diuji kekuatannya dengan dua pertanyaan berikut.



1. Bisakah sebuah argumen yang valid dibuat untuk menentangnya?

2. Bisakah saya mempertahankan pendapat melawan argumen tersebut?



Jika keduanya Anda jawab "ya" berarti Anda sudah boleh lega dan yakin bahwa Anda telah berhasil membuat esai yang menarik.



PERCAYA PADA APA YANG ANDA KATAKAN



Topik
sebuah esai memang harus berupa argumen. Namun, argumen tersebut harus
jujur dan cerdas. Anda memang boleh mengemukakan opini yang berlawanan
dengan pendapat banyak orang. Namun, menyatakan sebuah opini berani
hanya untuk menarik perhatian adalah tindakan yang konyol. Lebih buruk
lagi, tindakan itu menunjukkan suatu ketidakjujuran. Anda mungkin bisa
berhenti melakukan tindakan konyol, namun ketidakjujuran tidak bisa
diobati. Kejujuran adalah hal terpenting karena ketidakjujuran dalam
esai akan segera tercium oleh pembaca. Jadi, selalulah percaya pada apa
yang Anda katakan, walau sekali lagi ini bukan berarti Anda harus
reaktif menolak semua pendapat yang menentangnya. (t/ary)



Bahan diterjemahkan dan diedit (dengan beberapa penyesuaian konteks perkembangan zaman) dari:



Buku : The Lively Art of Writing

Penulis : Lucile Vaughan Payne

Judul Artikel : What is An Essay?

Penerbit : Follett Publishing Company, 1965

Halaman : 13-22 
cr : http://www.sindikatpenulis.com/2010/05/apakah-esai-itu.html

You Might Also Like

0 komentar

teman

QUOTE OF THE DAY

Jatuh untuk bangkit