Lalu apa saja manfaatnya? Yuk kita tengok. 

Panahan melatih seorang untuk menepis semua pengalih perhatian, distraction. Baik itu bersifat visual, suara, bahkan mental. Pemanah berlatih fokus menjaga proses menembak yang dimulai dari sikap tubuh yang benar sampai melepas anak panah. Karena sedikit saja perubahan pada proses tersebut, maka hasil tembakan akan berubah. Latihan konsentrasi dalam panahan membantu kita agar bisa fokus di luar lapangan panahan; di sekolah, di tempat kerja, di rumah, di jalan raya, dan tempat lainnya. Selain itu, bila seorang pemanah sering ikut dalam lomba, maka dia melatih dirinya untuk dapat menghadapi situasi penuh tekanan mental. Dan tentu hal ini sangat berguna bagi kehidupan seorang.

2. Kekuatan tubuh

Seorang pemanah dapat memiliki tubuh yang kuat. Terutama pada lengan, inti tubuh, tangan, dada dan pundak. Hal ini diperoleh dengan latihan menarik tali busur secara tepat. Seorang pemanah yang mahir tahu ukuran busur yang tepat untuk dirinya. Tanyakan instruktur tentang busur yang tepat untuk pemanah pemula.

3. Koordinasi mental dan fisik.

Seorang pemanah hanya perlu sepuluh detik untuk menjalankan proses persiapan menembak sampai anak panah menancap di papan target. Padahal, dia perlu melakukan sepuluh langkah menembak secara sama agar hasil tembakan tidak menjauh dari lingkaran kuning di target yang ukurannya hanya 4 sentimeter. Dan dia harus menembak dari jarak tertentu. Yang paling dekat adalah 18 meter, bila ia sedang berkompetisi.

Sumber : sekolahpanahan.com

Bulan syawal memang bulannya silaturrahim. Sepulang dari kampoeng halaman rasanya badan ga karuan, begitu sampai jogja saya tiduran aja dari pagi sampai sore. Setelah badan agak mendingan, saya mulai bergerak bersih-bersih sekalian nyuci baju, mandi, lanjut tidur lagi. Rencana yang begitu manis.

Sore itu pula temen saya ngajak silaturrahim ke rumah Bapak (lupa namanya, yang jelas bukan bapakmu atau bapak kita). Saya jawab aja, ntar ya abis mandi. Eh posisi lagi nyuci di kamar mandi, temen saya nongol dan bilang kalau silaturrahimnya itu sekarang karena ba’da maghrib ada acara syawalan. Apalah boleh buat cucian yang belum kelar saya tinggal begitu saja, selebihnya cuma bisa ganti pakaian dan cuci muka. Yah ditambah bedak dikit biar keliatan ga kumuh.

Sesampainya di rumah bapak yang di tuju kami agak sedikit tercengang. Kala itu suasana dpan rumah beliau bagai rumah tak berpenghuni. Pintu tertutup, banyak daun berjatuhan, sepi. Kami pun bertanya-tanya “ada ga ya bapaknya?”

Alhamdulillah bapaknya ada. Kamipun dipersilahkan duduk sembari menikmati jamuan kue lebaran. Ada satu kue yang menarik di sini. Kue itu berbentuk semacam manisan namun kami tidak tahu terbuat dari apa. Setelah kami mencicipinya bapaknya membuat tebak-tebakan untuk di jawab oleh kami bahwa kue tersebut terbuat dari apa?, ada yang menjawab “bligo, Pepaya, Terong, Labu, nanas……” rasanya beda dari yang lain, manis nya pas, lembut, dan tentunya enak. Karena tidak ada yang bisa menjawab akhirnya bapaknya kasih bocoran. jawaban yang benar adalah “waluh”.  Kalo terong masuk klan apa ya? :D

Setelah itu lanjut silaturrahim ke bapak satu nya (namanya juga lupa). Rumahnya sederhana namun hangat oleh tawa anak-anak yang lucu lucu. rumahnya tepat di samping masjid (seperti rumah impian ku) seneng aja rasanya kalau tempat tinggal dekat dengan masjid. Berrhubung waktu maghrib tiba kami sekalian sholat maghrib di masjid dekat rumah. Setelah itu lanjut syawalan, inti dari syawalan adalah makan-makan.

Rasanya senang bisa mengenal beliau-beliau yang luar biasa ilmu nya….