Puncak Lawu, Hargo Dumilah 3265 mdpl

01.57.00



ﺑﺴﻢﷲﺍﻠﺮﺤﻤﻦﺍﻠﺮﺤﻴﻢ

Ini adalah kali ke dua saya ke puncak gunung. Pendakian pertama saya yaitu di gunung Prau, Dieng dengan ketinggian 2565 mdpl. Nah pendakian ke dua saya kali ini adalah Gunung Lawu dengan ketinggian 3265 mdpl.  Gunung tertinggi ke lima dipulau jawa ini sebenarnya terletak perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur.   ada dua jalur pendakian, yaitu cemoro kandang (karangananyar) dan cemoro sewu (Jatim).

Minggu pagi, Kami berangkat naik Kereta Prameks menuju Stasiun Solo Balapan sekitar 1 jam an. Dari Stasiun Solo Balapan lanjut Naik Bus jurusan Tawang Mangu sekitar 2 jam. Setelah itu lanjut ke Cemoro Sewu dengan naik mobil kecil yah sekitar 1 jam an kata anak pemuda di sebelah saya yang katanya masih smk tapi muka udah bapak-bapak (hihihi). Di sini kebanyakan penumpangnya adalah ibu-ibu n simbah-simbah yang pulang dari berjualan di Pasar. Waah udah simbah-simbah aaja masih kuat angkat bakul yang kayaknya berat bingit. Salut deh. 

Pemandangan selama perjalanan awesome banget lah pokoknnya, aku dan temanku (sebut saja rosi) terkagum-kagum dengan pemandangan di sana. Sawah dengan motif teraseringnya, kebun sayuran yang luas, serta pohon-pohon yang berbaris rapi di atas bukit. Sampai-sampai kita terlihat seperti orang udik. Maklum lah ga tiap hari bisa lihat kyak gini. Saat itu hujan turun sangat deras ketika baru menempuh separuh perjalanan menuju cemoro kandang.  Jarak pandang pun menjadi sangat pendek. Hiii agak ngeri sih sebenarnya, jalanan juga naik turun. 

Sesampainya di TKP, kami beristirahat sebentar dan sholat Jamak. OMG ketika kaki mendarat di lantai serasa kayak nginjek es, wudhu juga serasa ada es nya. Brrrrrr Gilaaak dingin banget. Kok betah ya orang-orang tinggal di sini. (hhha). Sesuai sholat kita melanjutkan perjalanan ke puncak.
Sebelum itu saya kenalin anggota kita dulu 

Rosifah, biasa di panggil rosi atau rosifah (hhha). Ini temen saya sewaktu Aliyah dulu. Saya sering nebeng pulang, mkanya kita jadi semakin akrab. Kita sekarang sama-sama kuliah di jogja. Tapi beda kampus dan beda jurusan. Dan ini adalah ke 2x nya kita main bareng, setelah dulu ke grojogan Sewu. 

Dan ini adalah mas Danu. Suka ngaku ngaku Aliando (mungkin dia ngefans), dan katanya juga mirip Afgan. Iya sih kalo dilihat pake sedotan dari atas monas. Ia asli kebumen, ngapakers gitu deh. Hhe. Sebagai leader, dia yang palig berat bawaannya. (sebenarnya iba melihatnya, yah bagaimana lagi)



Dan yang terakhir adalah mas Shobur. Dia adalah teman sekelasnya mas danu. Sebenarnya kita semua di sini adalah satu angkatan, namun mereka lebih tua dari saya. Dan mas sobur ini asli Cilacap. Ngapakers juga ya. :D  


Dari kiri ke kanan (Mas Danu, Rosi, Gue, Ms Shobur)



Perjalanan dimulai dengan bismillah. Ada 5 pos yang harus kita lewati. Pos yang paling jauh jaraknya  dari pos2 lain adalah pos 1. Rasanya kok ga nyampe-nyampe ya. Perjalanan semakin terasa ketika hujan mulai turun. Semakin ke atas rasanya semakin dingin. Menurutku perjalanan kali ini terasa lebih berat, mungkin karena hujan plus barang bawaan agak berat. Magrib itu kami baru tiba di Pos 2. Ramai sekali orang-orang beristirahat dan meengolah makanan di sini. Kami memasak wedang jahe dan mie instant. Selesai makan kami melanjutkan perjalanan. Saat itu juga masih hujan rintik rintik, dan saya agak gemetaran saking dinginnya. Jalanan berupa tangga batu yang tinggi membuat kaki terasa cepat lelah dan sedikit-sedikit istirahat. Hoho rasanya pengen ngetroll (mak kaki ini udah ga kuat mak, jemput pake pesawat). Tiba-tiba si leader mendadak kedinginan dan berhenti sebentar lalu bikin wedang jahe lagi.

Tak lama setelah itu kita memutuskan untuk ngecamp di tempat yang lumayan agak strategis. Dan anehnya, pas ndiriin tenda itu ga jadi-jadi. Padahal badan udah hamper beku. Sampai-sampai nanya ke orang lewat, dan orang yang ditanya itu juga ga ngerti tentang tenda itu. Alamaak, hamper seja ngutak atik tenda kahirnya berhasil juga didiriiin.

Di dalam tenda agak lumayan hangat. Dan ketika buka tas, OMG basah semua. Sweater, Jilbab, Baju, Sleepeng bag, semuanya basah. Hadeeh yang tadinya ngebayangin bakal anget, eh kenyataannya malah jadi anyep. Malam itu juga saya ga bisa tidur. Madep ke kanan dingin, madep ke kiri juga tambah dingin. Rasanya jadi serba salah.

Sekitar jam 3 an, temen-temen pada ngajak muncak.
Saya : “aku ga ikut deh, aku jaga tenda aja”.
Teman-2: “emang berani?” celetuhk salah satu dari mereka.
Saya : “Berani lah” (sokberani)
Teman : yakin?
Saya : hening……..
Saya : kalo agak siangan aku mau ikut, tapi kalo jam segini aku mending jaga tenda aja hiihi
Temen : yaudah kita tunggu agak siang aja
Saya : --------------------- (aku rakuat *ngomong dalem hati) 

Sekitaran jam 7, matahari udah bersinar-sinar kita baru keluar tenda. Pas ngeliat keluar, ternyata kita ngecamp di bawah pos 4. Pantesan dr tadi malem kok kayak banyak orang di sekitaran sini. Pemandangan di sini Awesome lah. Dari sini kita bisa melihat telaga Sarangan





Perjalanan lanjut ke pos 5 dan 6 yang jaraknya ga begitu jauh. Dan Cuma ada di sini, di puncak gunung ada warung makan. Tapi sayangnya waktu itu ga buka, padahal pengen nyobain makanan di situ. Setelah berjuang keras melawan lelah, Akhirnya kita sampailah di puncak hargodhumilah. Yeaaah 



Di sini kita ketemu sama bapak-bapak bertongkat ular. Dengan pakaian hitam-hitam. Dan beliaupun menyalami kami. Setelah salaman, saya endus-endus tangan saya “bau minyak nyongnyong :’(“




Saat itu cuaca kurang bersahabat. Ga ada awan berjalan. Banyak kabut, dan terkadang hujan. Hihihi. Setelah foto-foto, kami langsung menuju ke tenda. Beres-beres dan turun. Setengah 7 kami baru sampai basecamp. Malam itu, Kami harus menginap semalam di basecamp. Istirahat sebentar kemudian santap malam. Setelah itu sholat, lanjut tidur. 

Bangun tidur rasanya badan kaku semua. Paling susah ketika dari duduk terus berdiri, rasanya kayak jadi genter nih kaki kaku banget. Setelah shubuhan, kemudian makan gorengan, minum wedang jahe, terus cus ke tawangmangu. Karena penumpang ga full, kita berempat kena ogkos 100 ribu (tariff normal 15 ribu :’( ). Kami sampai di stasiun balawan jam setengah sepuluh, sedangkan jadwal kereta jam 10. Alhasil kita musti nunggu jadwal kereta selanjutnya. Yakni jam 12 kirang seperempat. Kita nunggu di depan stasiun. Sebenarnya males banget nunggu di situ, agak panas, dilalerin juga. Hhhha rasanya pengen nembakin satu-satu tuh lalet. Bikin tambah risih aja. Sekitar jam 11 an lebih kita masuk kereta. Lumayan dapet tempat duduk semua. Selama perjalanan smuanya tidur. Kecuali mas shobur, kayaknya dia ga bisa tidur. :D 

Ada hal konyol lagi, pas mau ambil motor beserta helm, tukang parkirnya ga ada di rumah. Pintunya digembok. Kita nunggu agak lama. Dan ada bapak paruh baya bilang, kalau yang punya rumah barusan pergi. Hadeeh ada-ada aja. Nomer tukang parkirnya juga ga bisa dihubungi. Akhirnya saya balik ga pake helm. Sebenarnya sih, was-was juga kalo tiba-tiba ada polisi menghampiri. Udah bokek, ditambah bokek pula. 

Setibanya di kost, buka sepatu howaaaah kayak bau bangkai. Pantesan tadi pas di stasiun dilalerin ga abis-abis. Sepatu sama kaki sampe dicuci 3x baru ilang tuh baunya. Dan kaki 3 hari baru lumayan enak buat jalan. Dan anehnya lagi, kalo pulang dari naik gunung itu dapet oleh-oleh di jempol kaki sebelah kanan. Tanda hitam di kukunya. :D efek dari prau baru saja hilang, eh ini muncul lagi.
Ehm, anyway seru deh pokoknya.

You Might Also Like

0 komentar

teman

QUOTE OF THE DAY

Jatuh untuk bangkit