Bertemu kembali

22.25.00

بِسمِ اللَّهِ الرَّحمٰنِ الرَّحيمِ  


Kala itu aku sedang duduk Di sebuah terminal bus hendak pulang menuju rumahku.
Dari samping Tiba-tiba terdengar….
“bi abi…, ada es klim enak lho” sambil nunjuk ke penjual es krim
“iya enak banget, tapi ebih enak eskrim buatan umi ya dhe? Nanti kalau kita sudah sampai rumah kita bikin yang banyak…”
“es klim umi memang nomel atu, ade suka esklim umi…”
Jawabnya dengan khas cadelnya.
Seperti ku mengenal suara itu, suara yang dulu sering menyapa. Tapi mungkin hanya mirip pikirku. Aku kembali fokus pada buku yang sedang ku baca.
Memang matahari bersinar begitu cerah tanpa celah. Ac terminalpun seperti tak berfungsi sebagaimana mestinya. Aku ambil kipas dari dalam tas, sembari membaca berkipas-kipas ria.
Adik kecil tadi tiba tiba menghampiriku, ia tertarik dengan kipas yang aku pegang. Memang lucu, gambarnya kartun kucing yang imut. ia melihat dengan seksama…
“adik mau?” ucapku…
Kuberikan kipas itu padanya yang memang sedari tadi ingin memilikinya.
Segera ia kembali ke tempat uminya.
“Adik ga boleh, ini punya ammah nanti kita beli sendiri ya dhe, ayo kembaliin ke ammah, ammah nya nanti kepanasan”
“ga pp kok um.. Itu buat adhe saja, ana msih ada kipas yang lain” Ku menoleh pada nya seraya melempar senyum..
“hasna….” aku terkejut, ia memanggil nama seraya menghampiriku.
“maasyaallah maira aku hampir tak mengenalimu” kamipun bersalaman dan melapas rindu karna sudah bertahun-tahun tak bertemu. penampilan maira kini sangat berbeda sampai pangling aku dibuatnya, dulu ia masih mengenakan celana jeans, kaos ketat dan jilbab seadanya, kini sekarang menjadi lebih syar'i dan tentunya mengenakan niqob.
“kenalkan ini zahra putriku, dan…. Ini mas azis abi nya zahra” kulihat laki-laki berjenggot itu duduk tengah memangku putri kecilnya.
Saya hanya tersenyum padanya, pura-pura tak mengenalnya. Lalu ku menunduk termenung sejenak, ingatan 3 tahun yang lalu kembali terbayang. Hey pergilah, lebih baik
“hasna sibuk apa sekarang” maira membuyarkan lamunanku.
“belum sibuk apa² kok um, baru selesai studi sekarang mau istirahat dulu di rumah sembari berbakti pada orangtua”
“eh kok jadi um manggilnya… Hhe tapi lucu juga sih. Oh iya hasna mau ke mana? Ana mau ke rumah mertua namanya daerah kur…ci….., bener ya bi?”
Suaminya hanya tersenyum kecil pertanda iya…
“alhamdulillah kita satu tujuan um coba liat nomor mobilnya di tiket barangkali sama”
“wah sama hasna, kita satu mobil. Bersyukur bisa satu mobil denganmu. Ga terbayang ya bisa bertemu di tempat yang jauh ini”
Bus yang kami tunggu tiba, aku duduk di depan sedangkan maira duduk tepat di belakangku. Karena tempat duduk di sebelahku kosong aku mencoba menawarkan zahra untuk duduk bersamaku. Zahrapun dengan senang hati menerima ajakanku. Zahra anak yang cerdas, lucu, imut dan pemberani. Kupegang pipi tembeemnya yang ngalahin bakpao pak man. Barangkali jika aku jadi menikah dengannya, mungkin putriku sudah sebesar zahra. Langsung kutepis anganku karna aku tak ingin kenangan 3 tahun yang lalu muncul kembali.
Zahra tertidur lelap di pangkuanku. Sang umi sesekali mengecek.
“hasna kalau capek, zahra biar sama ana aja”
“enggak kok um, hasna seneng bisa dekat dengan zahra, kapan lagi kan um kita bisa ketemu”
Bus berhenti, maira berpamitan padaku. “hasna, kalau nanti menikah jangan lupa undang maira, pokoknya wajib harus kudu…”
“insyaallah mai, nnti hasna undang. Doakan semoga didekatkan jodoh ana”
Meskipun belum sempurna untuk melupakan sebuah ingatan, aku selalu mencoba berdamai dengan apa yang telah terjadi 3 tahun silam. Bahwa merelakan merupakan faktor utama untuk menerima segala ketetapan Nya. Bahwa melupakan bukan seperti mie instan yang semenit dua menit langsung jadi, karna untuk melupakan butuh waktu yang masing-masing orang memikiki porsi yang berbeda-beda.
cerita 3 tahun silam: kebetulan aku berada satu bus dengannya. Di saat bus istirahat sejenak, aku pun turun untuk pergi ke kamar mandi. Ketika kembali ke dalam bus, Tiba tiba ada secarik kertas tergeletak di atas tempat dudukku.
Untuk ukhti berhijab syar'i berwarna merah muda “Assalamu'alaikum ukhti, boleh ana mengenal anti? Jika anti berkenan silahkan kirim pesan ke watsap ana”
Aku kaget bukan kepalang, seorang ikhwan bernyali besar mengirimkan selembar kertas pada akhwat yang tak dikenalnya. Pesan itu tidak aku balas, aku biarkan saja mungkin saja hanya orang iseng.
Sesampainya di rumah, aku jadi kepikiran dengan surat tadi. Aku coba simpan nomer hape beliau, kulihat profil picture nya sebuah tulisan
“ingatlah, Allah sesuai dengan prasangka hambaNya”
Setelah kubaca, sifat ragu-raguku menghilang seketika. Kuberanikan diri untuk membalas pesan kertas tadi.
“Assalamu'alaikum akhi, apakah benar antum yang mengirim pesan ke ana? Jika benar ingin tahu siapa saya, silahkan langsung datang ke rumah orangtua ana saja”
Tanpa terasa perbincangan kami ternyata begitu panjang, kami semakin akrab via chat. Dari situlah benih² kagum satu sama lain mulai muncul. Kami mulai membahas hal-hal yang memang seharusnya tidak dibahas alias ga penting.
Hingga pada suatu hari, aku tak bisa meneruskan perkenalan itu. Aku harus pergi, meneruskan studi ke luar negeri. Sedangkan ikhwan tersebut sudah ingin segera menikah.
Pesan terakhirku padanya.
“afwan akhi, jika akhi berkenan menungguku, insyaallah aku akan menjaga hati hanya untuk akhi. Namun jika akhi tidak berkenan menunggu, tak mengapa. Jika kita memang jodoh insyaallah Allah akan mempertemukan kita kembali, dalam tali ikatan suci.
Wassalamu'alaikum.
Namun siapa sangka, 2 bulan berlalu aku mendengar kabar mengejutkan dari sahabatku. Bahwa ia telah menikah. Ya menikah dengan teman SMA ku.. Aku tanya umiku di rumah apakah aku mendapat undangan? Ternyata tidak. Berpamitan padaku pun tidak, aplagi diundang?begitu mudahkan untuk melupakan apa yang telah terjadi? Saat itu pula, rasanya dunia berhenti berputar. ingin rasanya berlari ke hutan lalu berteriak, t-e-r-l-a-l-u sambil nyanyi lagunya tenda biru by desy ratnasari

Pernikahan mereka pun terkesan diam-diam. Katanya mereka sengaja tidak mengundang teman-temanya untuk hadir di walimah mereka. Yang menjadi pertanyaan adalah Mengapa dia dulu begitu manis dan sekarang berubah menjadu begitu pahit…
Aku selalu meyakinkan pada diri, bahwa aku kuat, aku tegar, aku bisa melaluinya.
Ingat Allah tak pernah menguji diluar kemampuan hamba Nya….
Ingatlah itu semua adalah bagian dari Tanda-Tanda Kekuasaan Allah.
Allah kuasa untuk menyatukan, Allah kuasa untuk memisahkan

You Might Also Like

0 komentar

teman

QUOTE OF THE DAY

Jatuh untuk bangkit