Tiga Nasehat

05.27.00

ﺑﺴﻢﷲﺍﻠﺮﺤﻤﻦﺍﻠﺮﺤﻴﻢ

Rasulullah SAW pernah memberikan tiga buah nasehat kepada kedua
sehabatnya Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman bin Jabal:



“Bertakwalah kamu kepada Allah dimanapun kamu berada, dan ikutilah
kesalahanmu dengan kebaikan niscaya ia dapat menghapuskannya. Dan
pergaulilah manusia dengan akhlak terpuji.”
HR. Tirmidzi

Tiga pesan Rasulullah SAW tersebut layak untuk kita perhatikan karena sangat berkaitan erat dengan kehidupan kita sehari-hari.


1- BERTAQWA DIMANA SAJA

Definisi dari kata taqwa dapat dilihat dari percakapan antara sahabat
Umar dan Ubay bin Ka’ab ra. Suatu ketika sahabat Umar ra bertanya
kepada Ubay bin Ka’ab apakah taqwa itu? Dia menjawab; “Pernahkah kamu melalui jalan berduri?” Umar menjawab; “Pernah!” Ubay menyambung, “Lalu apa yang kamu lakukan?” Umar menjawab; “Aku berhati-hati, waspada dan penuh keseriusan.” Maka Ubay berkata; “Maka demikian pulalah taqwa!”

Sedang menurut Sayyid Qutub dalam tafsirnya—Fi Zhilal al-Qur`an—taqwa
adalah kepekaan hati, kehalusan perasaan, rasa khawatir yang terus
menerus dan hati-hati terhadap semua duri atau halangan dalam kehidupan.

Kalau ada suatu iklan minuman ringan: “Dimana saja dan kapan saja …”,
maka nasehat Nabi SAW ini menunjukkan bahwa kita harus bertaqwa dimana
saja. Sedang perintah taqwa kapan saja terdapat dalam surat Ali Imron
102:


“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati
melainkan dalam keadaan beragama Islam”

Jadi dimanapun dan kapanpun kita harus menjaga ketaqwaan kita. Taqwa
dimana saja memang sulit untuk dilakukan dan harus usaha yang dilakukan
harus ekstra keras. Akan sangat mudah ketaqwaan itu diraih ketika kita
bersama orang lain, tetapi bila tidak ada orang lain maka maksiyat dapat
dilaksanakan. Sebagai contoh, ketika kita berkumpul di dalam suatu
majelis zikir, pikiran dan pandangan kita akan terjaga dengan baik.
Tetapi ketika kita berjalan sendirian di suatu tempat perbelanjaan, maka
pikiran dan pandangan kita bisa tidak terjaga. Untuk menjaga ketaqwaan
kita dimanapun saja, maka perlunya kita menyadari akan pengawasan Allah
SWT baik secara langsung maupun melalui malaikat-Nya.


2 KEBAIKAN YANG MENGHAPUSKAN KESALAHAN

Setiap orang selalu melakukan kesalahan. Hari ini mungkin kita sudah
melakukan kesalahan baik yang kita sadari maupun yang tidak kita sadari.
Oleh sebab itu, segera setelah kita melaksanakan kesalahan, lakukan
kebaikan. Kebaikan tersebut dapat menghapuskan kesalahan yang telah
dilakukan.

Untuk dosa yang merugikan diri sendiri, maka salah satu cara untuk
menghapusnya adalah dengan bersedekah. Rasulullah SAW bersabda “sedekah itu menghapus kesalahan sebagaimana air memadamkan api”.
Maka ada orang yang ketika dia sakit maka dia akan memberikan sedekah
agar penyakitnya segera sembuh. Hal ini dikarenakan segala penyakit yang
kita miliki itu adalah karena kesalahan yang kita pernah lakukan.

Sedang dosa yang dilakukan terhadap orang lain maka yang perlu
dilakukan adalah memohon maaf yang bagi beberapa orang sangat sulit
untuk dilakukan. Padahal Rasulullah SAW selalu minta maaf ketika
bersalah bahkan terhadap Ibnu Ummi Maktum beliau memeluknya dengan
hangat seraya berkata “Inilah orangnya, yang membuat aku ditegur oleh
Allah… (QS. Abasa)”. Setelah minta maaf kemudian bawalah sesuatu hadiah
atau makanan kepada orang tersebut, maka kesalahan tersebut insya Allah
akan dihapuskan.


3- AKHLAQ YANG TERPUJI


Akhlaq terpuji adalah keharusan dari setiap muslim. Tidak memiliki
akhlaq tersebut akan dapat mendekatkan seseorang dalam siksaan api
neraka. Dari beberapa jenis akhlaq kita terhadap orang lain, yang perlu
diperhatikan adalah akhlaq terhadap tetangga.


“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka jangan menyakiti tetangganya.” (HR. Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah)


Dari Abu Syuraih ra, bahwa Nabi Muhammad saw bersabda: “Demi Allah seseorang tidak beriman, Demi Allah seseorang tidak beriman, Demi Allah seseorang tidak beriman.” Ada yang bertanya: “Siapa itu Ya Rasulullah?” Jawab Nabi: “Yaitu orang yang tetangganya tidak aman dari gangguannya.” (HR. Bukhari)

Dari hadits tersebut, peringatan Allah sangat keras sampai diulangi
tiga kali yaitu tidak termasuk golongan orang beriman bagi tetangganya
yang tidak aman dari gangguannya. Maka terkadang kita perlu instropeksi
dengan menanyakan kepada tetangga apakah kita mengganggu mereka.

Wallahua’lam bish showab.

sumber : http://kultum.wordpress.com/

You Might Also Like

0 komentar

teman

QUOTE OF THE DAY

Jatuh untuk bangkit