FF Lupa

22.51.00

      ﺑﺴﻢﷲﺍﻠﺮﺤﻤﻦﺍﻠﺮﺤﻴﻢ


Dulu, aku adalah penggemar korea tingkat akut. Dari mulai boyband, drama korea, pokoknya all about tentang korea. Selalu ngikutin gossip terbaru dari artist yang saya suka dengan mengikuti fanpage, karena melalui fanpage tersebut, si admin bisa membagi berita terupdate. Dan untuk mengisi kekosongan waktu, saya sering ikut kuis tebak-tebakan mengenai artist yang kita sukai. Biasanya jawaban tercepat akan mendapatkan hadiah berupa foto artist  yang kita sukai yang nantinya akan dikirim ke wall facebook atau di tag. Berkali-kali saya mengikuti kuis, namun hanya sekali saya menang. Itu pun rasanya sudah senang sekali.

But, itu dulu dan sekarang telah menjadi masa lalu. Tetep suka korea tapi ga alay kayak jaman nya pas SMA. Kalo sama boyband, sekarang responnya biasa saja. Yang namanaya drama korea, sih masih tetep suka. Apalagi yang kisahnya sedih nan mengharukan, kasih tak sampai atau cinta sepihak. Yang sering gue alami. :D.  malam ini ga sengaja buka-buka dan menemukan sebuah cerita konyol yang entah kok saya bisa mengarang cerita tersebut. Karena dulu itu lagi booming yang namanya ff atau flash fiction, mungkin karena itu aku menjadi terinspirasi untuk membuat ff yang ancur banget. Begini ceritanya

        Aku duduk di sebuah halte di kota seoul, aku melihat jam tanganku sudah menunjukkan pukul 07.00. hemb, aku pasti sudah terlambat. Hari ini dosenku sangat killer, dan tidak ada kata toleran dalam kamusnya. Omo, matilah aku. Ungkapku dalam hati.

        Kuhirup udara sangat panjang, yang kurasakan udara pagi ini begitu segar tidak seperti hari-hari kemarin aku pun menikmati sambil memejamkan mata. Kemudian aku hembuskan nafas, seraya mengembungkan pipiku dan membuka mata perlahan-lahan. Tiba-tiba ada seorang pria aneh, yang wajahnya pun aneh berdiri tepat di depanku. Aku kaget, hampir saja aku berteriak sekuat-kuatnya namun aku buru-buru menutup mulitku dengan kedua tanganku.

Tiba tiba seorang namja (baca : anak cowok) berpakaian aneh dan mukanya pun aneh berdiri tepat di depanku.di telinganya terpasang headphone dengan motif bunga sakura berwarna merah jambu sangat tidak cocok ia pakai sebagai seorang namja. Sedari tadi mulutnya komat kamit tiada henti, entah mantra apa yang sedang ia ucapkan. Astaga, mimpi apa aku semalam sampai bertemu orang seperti ini.
“kenapa lihat-lihat? Suka ya sama saya?” ucapnya sambil mengedip ngedipkan matanya.
“Eh masnya PD banget”
“sudahlah mbak, jangan ngeles, jujur saja padaku?”
“oh man, berisik banget”
“&*^*&$^$^%$%$”
Untung saja bus yang aku tunggu sudah tiba, kalimat terakhirnya tidak terdengar di telinga . Aku langsung bergegas masuk ke dalam bus dan berdoa semoga tidak bertemu orang seperti tadi.  Namun takdir berkata lain, orang aneh tadi duduk di sampingku, karena itu adalah bangku satu-satunya yang kosong.
“kita sudah ditakdirkan untuk bersama”ucapnya.
Aku hanya terpaku dan terdiam menatap kaca jendela, tak dapat berkata apa-apa.

07.30 waktu seoul, aku baru tiba di kampusku tercinta. Segera ku langkahkah kaki ke kelasku sambil berharap sang dosen belum datang. Aku mengintip dari balik jendela, omo ternyata dosenku sudah duduk di kelas dan membuka pelajaran. Aigo, hari ini harus mengumpulkan tugas, dan jika tidk mengumpulkan tugas 1 kali saja maka akan mendapat nilai jelek. Dan tidak ada yang namanya mengumpul tugas susulan.

Sesorang menarik tangnku untuk masuk ke kelas. Jantungku berdebar, seperti bom atom yang siap meledak.
“maaf Pak, kami terlambat, kami tadi menolong anak kucing yang sedang sakit dan mengantarnya ke Dokter”
“Baiklah, sekarang kalian duduk dan kumpulkan tugas”
“terima kasih Pak”
aku tak menyangka, hari ini desenku begitu baik. Entah peri apa yang sedang merasukinya. Yang terpenting aku sudah terbebas dari nilai yang mencekam.

Sepulang sekolah, ketika berjalan di depan perpustakaan aku bertemu kembali dengannya.
“hai, kamu harus berterima kasih padaku”
“oh iya, aku lupa. Terima kasih sudah menyelamatkan hidpku hari ini J, “ucapku sambil membungkukkan badan. ”sudah kan?”
“oh tidak bisa, itu mah sudah biasa”
“ oh ya? Terus aku harus bagaimana?”
“bagaimana kalau ikut aku jalan-jalan?”
omo, jalan-jalan sama orang aneh ini, dan aku pun belum kenal dia. Tidak tidak…
“lho kok malah bengong, katanya kalau diam itu tanda setuju”
Ia menarik tanganku, dan membawaku berlari menuju suatu tempat yang belum pernah aku kunjungi. Aku terus berlari, dan berlari hingga aku lelah mengikutinya.
“stop, stop, stop aku lelah , aku ga sanggup lagi” protesku sambil melap kringat yang mengucur dari dahiku.
“Kajja, sebentar lagi kita sampai”, hiburnya di sela-sela nafasku yang semakin ngos-ngosan. Sebelum aku sempat menjawab. Ia telah menyambar tanganku terlebih dahulu dan mengajakku berlari lagi. Aku hanya berharap aku tidak akan mati karena lari. Aku hanya menahan rasa lelah yang sangat menjadi.

Tak lama kemudian kami tiba di suatu tampat, sepertinya ini adalah tempat yang dituju. Terdapat telaga yang begitu luas, serta bunga yang berwarna warni. Pepohonan juga tumbuh subur. Tempat yang begitu indah untuk menghabiskan senja hari ini. Tempat ini sepertinya belum terjamah oleh orang, masih sepi, dan udara pun masih terasa sangat segar. Keindahan tempat ini benar-benar pantas diacungin jempol, aku belum pernah pergi ke tempat seindah ini. Tempat apa ini? Aku bertanya-tanya dalam hati.
“oh, ini namanya taman Gema”, tanpa aku bertanya, dia sudah memberitahuku.
“konon katanya tempat ini adalah peninggalan kerajaan Gerama pada abad ke 8 M, putri kerajaan ini benama Gema dan ia sering pergi ke taman ini ketika sedang jenuh dan penat. Ia sangat cantik, baik hati serta bijaksana. Namun sayangnya ia dibunuh oleh calon suaminya sendiri yang sangat pecemburu, karena ia melihat putri Gema makan malam dengan laki-laki lain. Akhirnya Putri Gema meninggal di Taman ini”.
“oh,” aku menjawab sambil menghela nafas sambil menahan dinginnya tubuhku karena terpaan angin.
“waeyo? Kamu kedinginan? Ini pakai saja jaketku”, ia menyodorkan jaketnya padaku.
“anieyo, aku tidak apa-apa kok”, jawabku sambil tersenyum
“ sudah jangan bawel, pakai saja ini, daripada kamu nanti masuk angin”,
Ia memasangkan jaketnya di pundakku, seketika hangat kurasakan menjalari tubuhku yang hampir mati kedinginan. Aku tersenyum padanya, Gomawoyo”, ucapku lirih. Ia pun tersenyum padaku dengan lesung pipi di pipi kanan dan kirinya, membuat suasana semakin hangat. Ia manis juga, aku berkata dalam hati. Seseorang yang aku kira aneh, ternyata ia sangat baik, hangat, dan mampu membuat orang lain tersenyum. Aku mengerti, bahwa menilai orang itu jangan langsung dari kulitnya, lihatlah sisi yang lain yang kebanyakan orang tidak melihatnya.

Sore itu berlalu dengan cepat. Ia mengantarku sampai rumahku. Namun ada sesuatu yang aku lupakan, tapi dia telah hilang dari pandangnku.

“Hera, bangun. sudah jam 06.30 ayo mandi, nanti terlambat”, ibu ku membangunkanku. Omo, aku bakal terlambat. Aku bergegas menuju kamar mandi, ganti pakaian, dan sarapan secukupnya.

. Hari ini aku seperti dejavu, di dalam mimpiku aku terlambat berangkat ke kampus. Aku pun begitu, namun ketika menunggu di halte aku tidak bertemu dengan seseorang itu. Sampai di kampus pun, perkuliahan kosong karena Dosen yang mengampu ada keperluan mendadak sehingga digantikan dengan tugas membuat paper. Aku mencari tempat yang aku kunjungi semalam, namun hasilnya nihil. Yang aku temukan adalah tempat peternakan sapi. Mengapa mimpiku kemarin begitu nyata? Aku pun sekarang masih mengenakan jaket miliknya.
Aku menunggu senja tiba di serambi rumah, hingga matahari terbenam aku tidak bertemu dengan seseorang itu. Aku baru ingat, bahwa aku melupakan seseuatu di dalam mimpiku. Lupa menanyakan namanya dan mengembalikan jaket yang ia pinjamkan padaku. Aku berharap bisa kembali pada mimpi seperti tadi malam.

You Might Also Like

0 komentar

teman

QUOTE OF THE DAY

Jatuh untuk bangkit