Lets Move Up

08.43.00

بِسمِ اللَّهِ الرَّحمٰنِ الرَّحيمِ



“Fi bangun Fi…Ayo kuliah.. sudah jam berapa ini?”
Kupanggil Fia dari tidur lelapnya, namun tak bergerak. Kulihat jam di tangan sudah menunjukkan pukul 07.30 WIB, itu artinya setengah jam lagi matakuliah pertama dimulai. Ku guncang-guncang tubuhnya namun ia juga tak beranjak dari tempat tidurnya. Bahkan membuka matapun belum. Ku ambil secangkir air kemudian ku percikkan ke wajahnya, barulah ia beranjak bangun sambil mengucek-ngucek kedua matanya.

“Sebentar ya Rin aku mandi dulu”
“telat fi, ga ada waktu lagi buat mandi, kamu tau kan siapa dosen kita hari ini.  Tiada ampun bagi mahasiswa yang telat” ku sodorkan moutwash dan gamis beseta jilbab agar ia kenakan. “jangan lama-lama makenya”. Sementara Fia berganti baju, aku menyiapkan tas yang akan di bawa Fia ke kampus.

Pukul 08.00 kurang 5 menit, kami melaju dengan cepat dengan motor matic kesayanganku, jarak kampus dari rumah Fia lumayan dekat Cuma butuh waktu selama 2 menit. Kebetulan hari ini ruang kuliah ada di lantai 3 ya karena bangunan lama jadi belum tersedia lift di bangunan tersebut. itu artinya kami harus melewati 3 tangga yang cukup membakar lemak. Masuk ke ruang kelas tepat pukul 08.00 dan sang dosen sudah siap-siap menutup pintu.

Pelajaran di mulai dengan berdo’a setelah itu baru dipresensi satu persatu. Entah mengapa hanya dosen ini yang memanggil satu-persatu mahasiswanya setiap hari. Padahal yang lainnya enggak. Sampai pada giliran ‘Afia Cahya Zakiyyah…. Sang dosen mengulang-ulang nama tersebut dan hampir ditulis Alpha. Aku lempar kertas yang kebetulan aku pegang dan membuyarkan dari lamunannya. “Ha……dir bu” jawab Fia. 

Seusai kuliah kami pergi ke kantin untuk makan. Kami duduk di meja nomer 3, konon tempat ini menjadi tempat Favorite bagi para mahasiswa karena ketika kita memandang keluar  bisa melihat langsung gunung berapi serta waduk  yang belum lama ini dibangun. Indah bukan? Apalagi kalau malam, bisa melihat gemerlap bintang.   

“Fia”… aku memulai percakapan. “aku rindu”
“iya Rin, Rindu siapa? Adakah seseorang di hatimu?”…
“aku Rindu Fia yang dulu, Fia yang selalu ceria, Fia yang selalu tersenyum, Fia yang selalu berapi-api untuk mengejar mimpi-mimpinya”
Fia menyeruput seteguk kopi hangat dan berkata
“impian terbesarku telah pupus Rin, kau tau bagaimana rasanya di dalam sini, apalagi tahu bahwa ia esok akan melangsungkan pernikahan dengan orang pilihan ibunya..”
Kulihat mata Fia mulai berkaca-kaca.
“Fi satu tahun sudah berlalu, bukankah itu adalah waktu yang lama? Bukankan kau telah melupakannya?” kulihat beberapa bulir air mulai jatuh di pipi chubby nya.
“Satu tahun memang waktu yang lama Rin bagimu. Namun bagiku tidak, satu tahun itu sangat cepat. Aku kira dia akan tetap setia di tampatnya, aku kira ia bakal menungguku, aku kira….”
“Fi inget, hati mudah bolak balik. jikalau hatimu tidak, tapi Allah telah mebalikkan hatinya. Fi, Allah selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya, Allah tidak pernah dzolim terhadap hambanya, melalui ujian ini Allah menguatkan hatimu. Allah sedang mempersiapkan sesuatu yang lebih baik darinya”
“Aku berharap bahwa nama ku yang tertulis di undangan itu bukan sebagai tamu undangan, aku terlalu berharap Rin, harapan yang terlalu tinggi hingga akhirnya aku jatuh tersungkur oleh sebab harapan tersebut.” Bulir-bulir air mata fia kian deras.

Musik dari kantin menambah suasana menjadi kelabu….
Kesunyian ini
Lirih ku bernyanyi
Lagu indah untukmu
Aku bernyanyi……
Engkaulah cintaku cinta dalam hidupku
Bersama rembulan
Aku menangis……Mengenangmu….
Sgala tentangmu
Ku memanggilmu dalam hati lirih. 

Kubawa Fia ke suatu tempat yang lumayan jauh dari bisingnya kota.
“mau kau bawa ke mana aku Rin?”
“aku bawa kau ke tempat untuk mengubur segala kenangan tentangnya. Kamu masih punya kehidupan. Kamu harus berjuang untuk hidupmu
Fia memelukku dan berbisik “makasih ya Rin”

Sesampainya di tempat tujuan
“Rin tempat apa ini, maasyaallah sungguh indah. Aku mendadak lupa, lupa pada apa yang telah terjadi pada diriku. Aku seperti punya hidup yang baru. rasanya ingin tinggal di sini selamanya….:
“Fi kamu harus janji sama dirimu sendiri. Kamu harus ikhlas menerima takdir Allah. Mulai sekarang kamu tulis impian-impianmu dan wujudkan dengan semangat baru”
Kuberikan selembar kertas agar Fia menuliskannya segala mimpinya.  


Bersambung……………..

You Might Also Like

0 komentar

teman

QUOTE OF THE DAY

Jatuh untuk bangkit